Jakarta – Keluarga almarhumah dr. Aulia Risma Lestari tengah berjuang mencari keadilan setelah putri mereka meninggal dunia akibat perundungan yang diduga terjadi selama Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip). Ibunda dr. Aulia, Nuzmatun Malinah, menyatakan ketidakberdayaannya dan menuntut pelaku perundungan untuk dihukum sesuai dengan tindakan mereka.
Nuzmatun, dengan penuh kesedihan, mengekspresikan kemarahannya atas kematian putrinya yang terjadi pada 12 Agustus 2024. Duka mendalam juga dirasakan oleh suami Nuzmatun, Moh Fakhruri, yang meninggal dunia pada 27 Agustus 2024, tidak lama setelah pemakaman putrinya. Moh Fakhruri, yang sangat dekat dengan dr. Aulia, mengalami penurunan kesehatan yang drastis setelah mendengar berita tragis tentang kematian putrinya.
Dalam sebuah pernyataan emosional, Nuzmatun mengatakan, “Saya berharap pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Anak saya seharusnya pergi ke sekolah untuk mencari ilmu, tapi apa yang dia dapatkan? Anak saya harusnya masih ada di sini. Suami saya juga.”
Nuzmatun juga menceritakan betapa dekatnya hubungan antara dr. Aulia dan ayahnya. Mereka selalu berusaha untuk saling berkomunikasi, meski hanya sebentar, dan ayahnya selalu menunggu kabar dari putrinya yang sering menceritakan keluhannya mengenai PPDS di RSUP dr. Kariadi Semarang.
Pengacara keluarga korban, Misyal Ahmad, mengungkapkan bahwa Moh Fakhruri meninggal dunia akibat pecah pembuluh darah setelah menerima kabar kematian putrinya yang diduga bunuh diri. “Setelah mendengar berita tentang kematian anaknya, bapak mengalami pendarahan hebat hingga pecah pembuluh darah,” kata Misyal.
Keluarga dr. Aulia Risma Lestari telah melaporkan dugaan praktik bullying yang terjadi di PPDS Undip ke Polda Jateng, dan kini mereka mendesak agar kasus ini diusut tuntas untuk memberikan keadilan bagi almarhumah dan keluarga.
